Friday, June 20, 2014

Sekelumit Cerita Tentang Pulau Cantik Bernama Lombok (Day 3)

Hari terakhir saya di Pulau Lombok dihabiskan di Kota Mataram saja. Saya berencana untuk menghabiskan hari terakhir saya untuk berwisata kuliner khas Lombok. Apa saja yang saya coba? saya akan memposting foto-foto yang dijamin dapat membuat kalian lapar. Yang pertama saya coba adalah Ayam Taliwang. Ayam taliwang adalah sejenis ayam yg dibumbui dengan bumbu super pedas khas taliwang dengan pelecing kangkung dan beberuk, sejenis "urap" yang terbuat dari terong bulat. Restoran ayam bakar taliwang dapat ditemui disetiap sudut di daerah Mataram, bahkan di malam hari, banyak sekali warung tenta yang menjual ayam taliwang sebagai sajian utama.
Surga di atas meja makan

beberuk terong
makanan khas lombok lainnya yang tidak boleh dilewatkan adalah sate bulayak. sate bulayak sendiri adalah sate daging sapi yang dimakan dengan bulayak (sejenis lontong yang dibungkus daun kelapa) bumbu sate bulayak berbeda dengan sate lain. bumbunya berwarna oranye seperti warna cabai dan rasanya pedas. tempat yang paling terkenal untuk menikmati sate bulayak adalah di Taman Suranadi. Seporsi sate biasanya dihargai Rp 15.000 saja.
Sate Bulayak

Bulayak (lontong yg dibungkus janur)

Saya juga menyempatkan untuk datang ke Jalan Rembige, tempat dimana sate daging paling tersohor, Sate Rembige dijual. Keddai Sate rembige buka sekitar pukul 4 sore, dan habis setelah jam 9 malam. Pembelinya banyak sekali dari luar kota, yang membeli sate Rembige untuk oleh-oleh. Sate Rembige adalah sate daging sapi yang dibakar dengan bumbu pedas manis yang khas. sate ini tidak diberi bumbu cocol karena bumbunya sudah meresap ke dalam daging sebelum dibakar. Rasanya? jangan ditanya. saya bahkan sanggup menghabiskan 25 tusuk sendirian. bukan karena lapar, tapi karena rasanya yang pedas pedas enak dan membuat ketagihan. Sate Rembige dihargai Rp 15000 per porsinya. seporsi sate Rembige berisi 10 tusuk
Sate Rembige

Nasi Balap Puyung
Sesuai dengan tempat asalnya, makanan dari Lombok memang khas bercitarasa lombok alias pedas semua. saya penasaran dengan satu lagi kuliner khas Lombok, Nasi Balap Puyung. Nasi Balap dibungkus dengan daun pisang, terdiri dari suwiran ayam. kremesan, kacang kedelai, dan tidak lupa sambal yang super pedas. jika kalian pernah mampir ke Bali, ada hidangan serupa yang disebut nasi Jinggo, kurang lebih seperti itulah rasanya. Enak, praktis, dan murah sekali hanya Rp 10.000 saja seporsinya
menikmati senja ditemani es kelapa muda

Wisata Kuliner saya hari ketiga ditutup dengan menikmati senja di senggigi sambil minum es kelapa muda. Ah, saya harus kembali lagi kesini suatu saat nanti.

Sekelumit Cerita Tentang Pulau Cantik Bernama Lombok (day 2)

Hari kedua berada di pulau Lombok, saya pergi mengunjungi pantai-pantai yang bisa dikatakan masih virgin karena belum tersentuh oleh pembangunan apapun dan masih sangat sepi pengunjung bila dibandingkan dengan pantai-pantai terkenal di Pulau bali. Meski begitu, keindahan dari pantai-pantai itu tidak dapat dipungkiri. Pantai pertama yang saya kunjungi adalah Pantai Tanjung Aan. Pantai ini jaraknya sekitar 75km dari pusat Kota Mataram, sangat jauh memang. tetapi sesampainya disini, semua seakan terbayar lunas dengan keindahan pemandangannya. birunya air laut yang bergradasi, ditambah pasirnya yang putih dan halus membuat kita tidak ingin beranjak dari sini

keindahan pantai Tanjung Aan dari atas tebing

Setelah puas menikmati indahnya Pantai Tanjung Aan, saya bergeser sedikit ke daerah Lombok tengah tempat dimana Pantai Mawun berada. bagi kita yang belum familiar dengan Pulau Lombok, pantai yang kita tahu mungkin hanya sebatas pantai Kuta Lombok dan Senggigi saja, tapi ternyata, Lombok juga memiliki satu pantai yang tidak kalah indah dengan pantai Tanjung Aan
Pasir Pantai Mawun yang Putih

Ombak tenang di Pantai Mawun sangat cocok untuk berenang
Pantai Mawun masih sangat sepi pengunjung. Pantainya sangat bersih, ketika duduk dipinggir pantai dengan hembusan angin yang sejuk, kita benar-benar merasa seperti sedang berada di pantai pribadi. Jarak Pantai Mawun juga jauh dari Kota Mataram, tapi pemandangan yang sangat indah membuat perjalanan yang telah dilalui terasa tidak percuma.
Meski berat untuk beranjak dari Pantai ini, saya memutuskan untuk mendatangi satu lagi pantai yang letaknya tidak jauh dari kedua pantai sebelumnya yakni Pantai Selong Belanak. Sepanjang jalan, mata saya disuguhi pemandangan yang sangat indah, jalan yang membelah bukit-bukit hijau yang amat indah membuat saya kagum.
Jalanan yang membelah bukit menuju Pantai Selong Belanak
Kapal Nelayan bersandar di bibir pantai
Berbeda dengan pantai-pantai sebelumnya, Pantai Selong Belanak telah ramai karena bibir pantainya juga merupakan perkampungan nelayan. Sayangnya, kebersihan disini masih kurang terjaga. Dapat dijumpai banyak sampah yang sedikit mengganggu kenyamanan di Pantai ini. Disini juga banyak ditemukan Kafe-kafe yang dibuka oleh nelayan setempat.
Perjalanan saya dihari kedua ditutup dengan melihat matahari terbenam di Pantai Senggigi. Meskipun langit sedikit mendung, hal itu tidak mengurangi kecantikan matahari terbenam sore itu. Hari kedua di Lombok benar-benar membuat saya sadar betapa berutungnya Indonesia memiliki banyak tempat indah yang masih belum tereksplorasi
Melihat matahari terbenam di Senggigi

Sunday, June 15, 2014

Bersiap Mengocok Perut di Sambal Kocok Mamah Sum

Bingung mencari tempat makan siang, tapi dompet sedang tipis-tipisnya? mungkin restoran ini bisa menjadi alternatif tempat makan siang kamu. Namanya Warung Sambal Kocok Mamah Sum. Tidak seperti namanya, bangunannya sama sekali tidak terlihat seperti warung. Justru lebih cocok disebut restoran karena suasananya yang cozy seperti di rumah.
Suasana Restoran
Daftar Menu Minuman
Restoran ini terletak di daerah Glintung, tepatnya di depan kantor Telkom Blimbing. Selain tempat yang nyaman dengan interior yang didominasi dengan aksen kayu, hal lain yang membuat saya menyukai tempat ini adalah karena makanannya. Selain itu, cukup dengan membayar Rp 2.500 saja, disini kita bebas mengambil nasi dan lalapan sendiri, begitu pula dengan pelengkapnya berupa serundeng (semacam abon dari kelapa yang disanggrai dengan bumbu manis gurih). Benar-benar membuat kita merasa sedang berada di rumah. Jika kalian ingin mengunjungi tempat ini, saya sarankan untuk datang pada jam 12.00, 14.00, atau jam 16.00 WIB. Karena pada jam-jam tersebut, restoran ini menyediakan free menu pelengkap yang bervariasi seperti sambal goreng kentang hati, dan lainnya yang berbeda setiap hari. Menu yang disediakan pun bervariasi dari nasi goreng, hingga lauk dan sayuran yang sangat rumahan seperti tahu, menjes, ayang goreng, sup kikil, sayur lodeh, ceker pedas, dan yang pasti menu khas restoran ini yaitu sambal kocok teri, original, pete, daging dan lain sebagainya. makanannya pun dapat dikatakan sangat murah yakni berkisar antara Rp. 1000 hingga Rp 50.000 untuk Gurame goreng ukuran besar. Sedangkan minumannya dibuat di tempat semacam mini bar, nama minuman yang ditawarkan pun sangat unik dan pastinya enak. Harga minuman pun bervariasi dari gratis hingga Rp 10.000. Oh ya, disini juga disediakan free kremesan yang diletakkan didalam toples diatas setiap meja. unik sekali bukan?
Jadi, untuk kalian khususnya anak kost an yang merindukan masakan rumah, Restoran Sambal Kocok Mamah Sum ini sangat reccomended untuk dicoba, tidak perlu takut harganya akan mahal karena harga semua menu disini sangat bersahabat untuk kita, khususnya anak kost.
salah satu menu sambal kocok
free kremesan

Thursday, June 12, 2014

Kembali ke Masa Kejayaan Bioskop Kelud

poster film "Edge of Tomorrow"
Beberapa hari yang lalu, saya menonton film "Edge of Tomorrow" di bioskop 21 Dieng. Film bergenre science fiction yang bercerita tentang peperangan manusia di bumi dengan alien dan menampilkan Tom Cruise sebagai tokoh utama ini benar-benar keren dan wajib ditonton, apalagi jika kalian adalah pecinta genre science fiction dan menyukai cerita-cerita tentang alien. Tapi bukan itu yang ingin saya bahas sekarang, bukan tentang film Edge of Tomorrow, apalagi memberikan spoiler filmnya, hehe. Sebelumnya, pernah tidak sih kalian berpikir? kenapa jika ingin menonton film-film baru, entah keluaran barat atau film indonesia, kita harus menonton di bioskop itu-itu saja? kalau tidak bioskop milik 21 group, ya di blitz megaplex (sayangnya, di Malang tidak ada blitz megaplex dan Premiere). Kitapun seolah tidak diberi pilihan lain, untuk menikmati film terbaru, ya kita harus merogoh kocek agak dalam untuk menonton di bioskop 21. Menonton film pun seperti menjadi hal mewah yang tidak bisa dijangkau oleh banyak orang. Padahal, menonton film adalah cara yang lumayan ampuh untuk merefresh pikiran setelah merasa penat akan segala rutinitas. Lalu, bagaimana jika tiket yang harus dibayar untuk mendapat hiburan begitu mahal? tidak heran jika menonton film di bioskop zaman sekarang hanya dapat dilakukan oleh kalangan tertentu saja.
Bioskop Kelud
Sebelumnya, tahukah kalian bahwa Kota Malang dulunya memiliki bioskop-bioskop lokal seperti bioskop Mutiara, Merdeka, Ria, dan Kelud? beberapa diantara kalian pasti pernah mendengar tentang keberadaan bioskop-bioskop lokal ini. Dulu, hak siar film belum sepenuhnya dimonopoli oleh grup-grup besar seperti 21 grup dan blitz megaplex seperti sekarang. Zaman dulu, kita diberikan banyak pilihan tempat untuk menonton film, dengan range harga yang bervariasi sehingga semua kalangan dapat menikmati film-film dengan membayar sesuai dengan kemampuan mereka.
Dalam postingan kali ini, saya ingin membahas mengenai salah satu bioskop lokal di Kota Malang yang pernah berjaya hingga pertengahan tahun 90'an, yakni Bioskop Kelud. Coba tanyakan pada orang-orang tua yang telah lama tinggal di Malang, siapa diantara mereka yang tidak tahu bioskop Kelud? dijamin hampir tidak ada. Bioskop Kelud adalah salah satu bioskop yg paling terkenal se Malang Raya pada masanya. Bioskop ini terletak di Jl. Kelud, ditengah perkampungan penduduk. Jangan bayangkan bioskop ini berbentuk suatu gedung besar dengan sofa-sofa berjajar dengan pendingin ruangan. Bioskop ini justru berbentuk seperti lapangan yang luas dengan layar berukuran 16x9 meter, sangat jauh lebih besar dari layar
Layar Bioskop Kelud
Deretan Kursi Kayu Panjang di Bioskop

bioskop pada umumnya. Tidak ada atap sama sekali untuk melindungi layar berbentuk tembok putih, apalagi sofa yang berjejer. hanya ada beberapa kursi kayu panjang, jika penonton sedang sangat banyak, mereka biasa lesehan di tanah berlapis semen sembari menonton. Karena tidak memiliki atap, bioskop ini juga disebut bioskop misbar, atau gerimis bubar. Tiket masuk bioskop Kelud sangatlah murah, jauh sekali jika dibandingkan dengan tiket menonton di bioskop sekarang. Tidak heran jika dulu ketika masih berjaya, bioskop ini selalu didatangi banyak orang yang banyak diantaranya berasal dari kalangan menengah kebawah. Pernah suatu ketika penonton di Bioskop Kelud membludak hingga mencapai 7000 orang, ketika film legendaris Indonesia "Inem Pelayan Seksi" diputar. Dapat dibayangkan bagaimana riuhnya suasana bioskop saat itu, seperti sedang berada di stadion sepakbola.
Apa kalian ingat film "9 Autumns 10 Summers"? film yang mengambil setting di Kota Malang dan Kota Batu ini sempat "menghidupkan kembali" bioskop Kelud setelah sekian lama tidak beroperasi. Dalam salah satu adegan di Film ini diceritakan sang tokoh utama sedang menonton film di Bioskop Kelud dengan seorang teman wanitanya. Saat itu, Bioskop Kelud benar-benar disetting seperti kembali di masa kejayaannya di tahun 90'an, ramai dipenuhi penonton yang ingin menonton film "Catatan Si Boy". Untuk sejenak meskipun hanya dalam adegan di sebuah film, kita bisa bernostalgia kembali ke masa dimana bioskop Kelud berjaya.
Salah Satu Adegan dalam "9 Autumns 10 Summers"

Film Catatan Si Boy diputar di Bioskop Kelud



Wednesday, June 11, 2014

Sekelumit Cerita Tentang Pulau Cantik Bernama Lombok (day 1)

Saya sedang iseng melihat timeline instagram siang ini ketika saya menemukan foto-foto yang benar-benar membuat mata saya segar dari akun instagram milik Mira Lesmana (@mirles). Disana banyak sekali foto-foto dari berbagai tempat di Indonesia yang membuat kita berpikir "Wah, Indonesia memiliki tempat seindah ini? sejak kapan?". Foto-foto yang diambil oleh Mira benar-benar membuat mata kita terbuka lebar akan fakta bahwa banyak sekali tempat indah di Indonesia selain Bali. Melihat foto-foto dari akun instagram ini membuat saya mengingat kembali perjalanan saya beberapa waktu yang lalu ke pulau kecil di gugusan kepulauan Nusa Tenggara, Pulau Lombok.
bandar udara Lombok Praya
Saya tiba di Bandara Lombok Praya tepat setelah hari mulai gelap pukul 18.30 WITA. Jujur saya sempat kaget akan perubahan drastis bandar udara internasional di Lombok ini. Bandaranya bagus, besar, dan bersih. Sangat jauh berbeda dengan bandara sebelumnya, Selaparang.
Jarak bandara Lombok Praya dengan kota Mataram tempat saya menginap dapat dikatakan cukup jauh, sekitar satu jam naik taksi. Oh ya, jika ingin pergi ke Lombok dengan budget terbatas ala backpacker, ada baiknya survey penginapan melalui internet dan booking terlebih dulu melalui telepon. Dengan begitu kemungkinan besar kita bisa mendapatkan penginapan yang murah dengan fasilitas baik. Penginapan ala backpacker biasanya terdapat di daerah Cakranegara Kota Mataram. Dekat dengan jantung kota. Jika memiliki budget yang lebih besar, bisa juga mencari penginapan dipinggir pantai di daerah Senggigi. Harga memang menentukan kualitas, tapi jika beruntung, kita bisa saja mendapatkan penginapan murah di daerah Senggigi, namun sedikit mustahil untuk mendaapatkannya pada saat-saat high season atau musim liburan.



pemandangan dari atas perahu menuju Gili Trawangan
Selama ini ketika membicarakan mengenai Pantai-pantai indah, pikiran kita selalu tertuju ke Pulau Bali. Padahal, pantai di pulau Lombok pun tidak kalah indahnya, ditambah suasananya yang belum terlalu ramai oleh wisatawan serta pembangunan fasilitas seperti hotel yang masih sangat sedikit, membuat kondisi banyak pantai di Lombok masih sangat terjaga kealamiannya. Jika ke Lombok, rasanya belum afdol jika kita tidak mengunjungi gili (yang artinya gugusan kepulauan) yang paling terkenal di Lombok yakni gili Trawangan. Untuk mencapai gili trawangan dari kota Mataram, kita perlu menuju pelabuhan Lembar untuk kemudian naik perahu mesin nelayan setempat menuju Gili Trawangan. Untungnya, penginapan kami menyediakan shuttle bus menuju Pelabuhan Lembar dengan ongkos sebesar Rp 150.000 sudah termasuk biaya menyebrang dengan boat menuju gili Trawangan.


bersepeda di Gili Trawangan
Perjalanan dari Pelabuhan Lembar ke Gili trawangan memakan waktu selama kurang lebih 30 menit. Selain Gili Trawangan, ada 2 Gili lain yang tak kalah indahnya yakni Gili Meno dan Gili Air. Namun, saya belum memiliki kesempatan untuk mengunjungi 2 Gili tersebut.Perjalanan ke Gili Trawangan bagi saya, adalah salah satu perjalanan yang tidak akan saya lupakan seumur hidup. berada di suatu Pulau kecil yg sangat indah hanya untuk semalam rasanya sangat kurang. Oh ya, di Gili Trawangan sama sekali tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan bermotor. Karena Pulaunya tidak terlalu besar, kita bisa mengelilinginya dengan naik sepeda. banyak sekali jasa persewaan sepeda disini. atau jika terlalu malas naik sepeda, kita bisa naik delman yang disebut Cidomo.
menikmati makanan di salah satu kafe pinggir pantai
Banyak sekali hal yang dapat dilakukan di Gili Trawangan. Meskipun tidak ada akses keluar Pulau setelah pukul 4 sore, berada di Gili trawangan sama sekali tidak membuat kita merasa terisolir. Pemandangan yang sangat indah dan berbagai olahraga air seperti snorkling juga dapat kita lakukan selama berada di Gili Trawangan. Bagaimana dengan makanannya? di Sepanjang pesisir pantai, banyak sekali kafe-kafe berdiri dengan berbagai macam menu mulai dari menu lokal, barat, bahkan japanese. Range harga yang ditawarkan pun bermacam-macam. Untuk Backpacker seperti saya, daftar menu dan harga yang dipajang didepan kafe (biasanya ditulis diatas papan tulis kapur) sangat membantu sekali untuk menemukan makanan yang tepat dengan harga yang tidak terlalu menguras kantong. Oh ya, disini juga ada pasar malam yang menjual berbagai macam makanan dan jajanan lezat yang harganya jauh lebih terjangkau.
jernihnya air di Gili Trawangan

perahu motor bersandar setelah pukul 4 sore


Monday, June 9, 2014

Mari Jalan, Mari Jajan (Episode Republik Ngalamers)

Berkunjung ke suatu tempat, apalagi sampai berdomisili untuk sementara pasti belum lengkap bila kita belum mengetahui seluk beluk mengenai kota tersebut. Seperti halnya saya dan mungkin banyak mahasiswa rantau lainnya yang harus menetap sementara di kota Malang untuk menuntut ilmu. Bagi beberapa orang yang baru menginjakkan kaki di Bumi Arema ini, banyak sekali hal yang menunggu untuk di explore, mulai dari sejarah kota ini, tempat wisata, kafe dan kedai kopi mana yang paling asyik untuk dikunjungi, dan tentu saja kuliner khasnya. Dalam postingan kali ini, saya khusus ingin membahas sajian kuliner khas kota Malang yang tentunya belum afdol rasanya menetap di Malang sebelum mencicipi kuliner tersebut.
1.    Bakso Bakar Pahlawan Trip
Monumen Pahlawan Trip; Bakso Bakar Pahlawan Trip
Siapa yang tidak tahu bakso? Makanan berbentuk bulat dan terbuat dari daging cincang ini tentunya sudah tidak asing lagi di lidah kita. Tetapi tunggu, bakso yang dibakar seperti sate? Mungkin bagi kita yang belum pernah mencobanya akan terdengar sedikit berbeda. Bakso bakar adalah kuliner pertama khas Malang yang wajib dikunjungi siapapun yang berkunjung ke kota ini. Salah satu kedai penjual bakso bakar yang terkenal adalah bakso bakar Pahlawan Trip yang terletak di Jalan Pahlawan Trip di sekitar Jalan besar Ijen. Rasanya? Tidak perlu diragukan lagi. Kenyalnya bakso dipadu dengan harumnya bau bumbu pedas yang dibakar beserta gurihnya kuah kaldu hangat sebagai pelengkap adalah perpaduan sempurna dinikmati ditengah dinginnya udara kota Malang. Hanya dengan Rp. 15.000 saja, seporsi bakso bakar dapat kita nikmati, definitely worth to try!

2.    Toko Oen
Toko Oen Jl. Basuki Rahmat
Pertama kali menginjakkan kaki di toko ini, kita serasa dibawa oleh mesin waktu kembali ke zaman ketika Belanda masih menguasai Indonesia di tahun 1930an. Arsitektur dan furniture khas tempoe doeloe nya benar-benar membuat kita lupa sejenak bahwa kita sedang berada di tahun 2000an. Toko ini memang masih sangat menjaga bentuk dan konsepnya, bahkan sejak awal berdiri, tidak ada perubahan sama sekali dari segi bentuk toko dan rasa es krim yang ditawarkan.
beberapa varian es krim di toko Oen

Banyak varian es krim yang ditawarkan. Rasa, bahan, dan kualitasnya pun tetap terjaga serta tidak menggunakan bahan kimia apapun. Inilah yang membuat toko Oen tetap berjaya hingga sekarang. Bila mengunjungi toko ini, cobalah es krim tutty fruity yang terkenal dengan buah-buahan segar sebagai bahan utamanya, juga sparkling delight yang disajikan dengan kembang api menyala, dan banyak varian es krim lainnya yang patut di coba. Toko ini terletak di Jalan Basuki Rahmat, tidak jauh dari Alun-alun kota malang.
3.    Hot Cwie Mie Malang
Cwie Mie Jamur
Kuliner khas Malang lainnya yang tidak boleh terlewatkan adalah hot cwie mie. Hot cwie mie ini berbeda dengan mie ayang ataupun mie pangsit lainnya. Perbedaannya terletak di saus pedas yang disiram diatas mie beserta irisan jamur kancing sebagai pelengkap. Oh ya, mangkuknya juga bisa dimakan loh. Karena mangkuk cwie mie ini terbuat dari kulit pangsit gurih, sehingga menambah sedap sajian cwie mie ini. Restoran cwie mie malang dapat ditemukan di jalan Kawi atas, juga di food court Malang Town Square dan Mall Olympic Garden.


Demikian beberapa kuliner khas yang wajib dicoba selama berada di Malang. Selamat berwisata kuliner!

Sunday, June 8, 2014

Alun-alun Batu: Dari Bianglala hingga Ketan Legenda


Apa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata alun-alun?  Kumuh? Banyak pedagang asongan? Tempat berwisata kelas menengah kebawah? Ah, tidak juga. Bagi mahasiswa yang berkuliah di Kota Malang dan sekitarnya tentu sudah tidak asing lagi dengan salah satu alun-alun terindah, yakni alun-alun Kota Batu. Pemerintah Kota Batu memang telah berhasil membangun suatu tempat berkumpul dan berinteraksi bagi warga Batu, yang sekarang ini juga menjadi sangat terkenal diantara pengunjung-pengunjung dari luar kota Batu, bahkan luar Jawa Timur sendiri. Alun-alun Batu, berbeda dengan alun-alun kebanyakan, ditata dengan rapih dan memiliki gaya arsitektur yang unik. Menyesuaikan letaknya yang berada di daerah agrikultural, bangunan-bangunan seperti kantor informasi, toilet, dan smoking area dibentuk menyerupai buah-buahan. Oh ya, alun-alun Batu memang memiliki smoking area terpisah, jadi jangan harap kita akan menemukan orang-orang yang bebas merokok di area alun-alun, karena petugas akan dengan sigap menegur siapapun yang melanggar. Selain bangunan-bangunan unik menyerupai buah-buahan, mata kita juga dapat dengan mudah menemukan salah satu objek yang menambah keindahan alun-alun Batu sendiri, yaitu bianglala yang berdiri kokoh ditengah alun-alun. Cukup dengan Rp. 3000,- saja kita sudah dapat menikmati keindahan kerlip lampu kota batu dari ketinggian. 
Jika berkunjung ke alun-alun Batu, jangan lupa sempatkan ke Pos Ketan Legenda, salah satu tempat makan ketan paling terkenal seantero Batu, bahkan Malang.
Pulennya ketan hangat dipadu dengan udara dingin kota Batu dan segelas STMJ tentu merupakan perpaduan yang sangat istimewa. Mulai dari Rp 3000,- saja, sepiring ketan bubuk sudah dapat kita nikmati. Saking terkenalnya, beberapa artis ibukota seperti Bondan Winarno bahkan telah berkunjung untuk sekadar mencoba ketan yang terbilang legendaris ini.

Tuesday, May 20, 2014

Memilih Optimis

Cape ga sih sama berita di tv yang mengangkat isu soal bad news tentang Indonesia? Saya sih cape. Secara ga langsung kan itu pendidikan ke masyarakat luas soal Indonesia yang seperti ‘udah mentok ga bisa lebih baik lagi’.

WAIT!

Jika kamu mulai merasa pesimis, mulai merasa sulit menemukan kebanggaan menjadi anak bangsa, yuk mulai cerita soal sisi lain dari Indonesia. Saya mengenal satu sosok inspiratif pendiri suatu lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan "Indonesia Mengajar" serta gerakan yang bergerak di bidang sosial yang disebut gerakan "Turun Tangan", Anies Baswedan. Saya bukanlah termasuk anggota dalam gerakan tersebut tetapi di sini, saya coba perlihatkan tulisan yang membuat saya terinspirasi dan yakin untuk bertahan dengan idealisme, jika Indonesia itu masih bisa lebih baik. Jauh lebih baik bahkan.

Ini Soal Tenun Kebangsaan. Titik! 
Oleh Anies Baswedan 
Republik ini tidak dirancang untuk melindungi minoritas. Tidak juga untuk melindungi mayoritas. Republik ini dirancang untuk melindungi setiap warga negara, melindungi setiap anak bangsa!
Tak penting jumlahnya, tak penting siapanya. Setiap orang wajib dilindungi. Janji pertama Republik ini: melindungi segenap bangsa Indonesia. Saat ada warga negara yang harus mengungsi di negeri sendiri, bukan karena dihantam bencana alam tetapi karena diancam saudara sebangsa, Republik ini telah ingkar janji. Akhir-akhir ini nyawa melayang, darah terbuang percuma ditebas saudara sebahasa di negeri kelahirannya. Kekerasan terjadi dan berulang. Lalu berseliweran kata minoritas, mayoritas di mana-mana.
Bangsa ini harus tegas: berhenti bicara minoritas dan mayoritas dalam urusan kekerasan.Kekerasan ini terjadi bukan soal mayoritas lawan minoritas. Ini soal sekelompok warga negara menyerang warga negara lainnya. Kelompok demi kelompok warga negara secara kolektif menganiaya sesama anak bangsa. Mereka merobek tenun kebangsaan!
Tenun kebangsaan itu dirobek, diiringi berbagai macam pekikan seakan boleh dan benar. Kesemuanya terjadi secara amat eksplisit, terbuka dan brutal. Apa sikap negara dan bangsa ini? Diam? Membiarkan? Tidak! Republik ini tak pantas loyo-lunglai menghadapi warga negara yang pilih pakai pisau, pentungan, parang, bahkan pistol untuk ekspresikan perasaan, keyakinan, dan pikirannya.Mereka tidak sekadar melanggar hukum, tetapi merontokkan ikatan kebangsaan yang dibangun amat lama dan amat serius ini.
Mereka bukan cuma kriminal, mereka perobek tenun kebangsaan. Tenun kebangsaan itu dirajut dengan amat berat dan penuh keberanian. Para pendiri republik sadar bahwa bangsa di Nusantara ini amat bineka. Kebinekaan bukan barang baru. Sejak negara ini belum lahir semua sudah paham. Kebinekaan di Nusantara adalah fakta, bukan masalah! Tenun kebangsaan ini dirajut dari kebinekaan suku, adat, agama, keyakinan, bahasa, geografis yang sangat unik. Setiap benang membawa warna sendiri. Persimpulannya yang erat menghasilkan kekuatan. Perajutan tenun ini pun belum selesai. Ada proses terus-menerus. Ada dialog dan tawar-menawar antar-unsur yang berjalan amat dinamis di tiap era. Setiap keseimbangan di suatu era bisa berubah pada masa berikutnya.
Warga Negara, Penganut Agama
Dalam beberapa kekerasan belakangan ini, salah satu sumber masalah adalah kegagalan membedakan ”warga negara” dan ”penganut sebuah agama”. Perbedaan aliran atau keyakinan tak dimulai bulan lalu. Usia perbedaannya sudah ratusan, bahkan ribuan tahun dan ada di seluruh dunia. Perbedaan ini masih berlangsung terus dan belum ada tanda akan selesai minggu depan. Jadi, di satu sisi, negara tak perlu berpretensi akan menyelesaikan perbedaan alirannya. Di sisi lain, aliran atau keyakinan bisa saja berbeda tetapi semua warga negara republik sama. Konsekuensinya, seluruh tindakan mereka dibatasi aturan dan hukum republik yang sama. Di sini negara bisa berperan.
Negara memang tak bisa mengatur perasaan, pikiran, ataupun keyakinan warganya. Namun, negara sangat bisa mengatur cara mengekspresikannya. Jadi, dialog antar-pemikiran, aliran atau keyakinan setajam apa pun boleh, begitu berubah jadi kekerasan, maka pelakunya berhadapan dengan negara dan hukumnya. Negara jangan mencampuradukkan friksi/konflik antarpenganut aliran/keyakinan dengan friksi/konflik antarwarga senegara.
Dalam menegakkan hukum, negara harus melihat semua pihak semata sebagai warga negara dan hanya berpihak pada aturan. Aparat keamanan harus hadir melindungi ”warga-negara” bukan melindungi ”pengikut” keyakinan/ajaran tertentu. Begitu pula jika ada kekerasan, aparat hadir untuk menangkap ”warga-negara” pelaku kekerasan, bukan menangkap ”pengikut” keyakinan yang melakukan kekerasan.
Menjaga tenun kebangsaan dengan membangun semangat saling menghormati serta toleransi itu baik dan perlu. Di sini pendidikan berperan penting. Namun, itu semua tak cukup dan takkan pernah cukup. Menjaga tenun kebangsaan itu juga dengan menjerakan setiap perobeknya. Bangsa dan negara ini boleh pilih: menyerah atau ”bertarung” menghadapi para perobek itu. Jangan bangsa ini dan pengurus negaranya mempermalukan diri sendiri di hadapan penulis sejarah bahwa bangsa ini gagah memesona saat mendirikan negara bineka tetapi lunglai saat mempertahankan negara bineka.
Membiarkan kekerasan adalah pesan paling eksplisit dari negara bahwa kekerasan itu boleh, wajar, dipahami, dan dilupakan. Ingat, kekerasan itu menular. Dan, pembiaran adalah resep paling mujarab agar kekerasan ditiru dan meluas. Pembiaran juga berbahaya karena tiap robekan di tenun kebangsaan efeknya amat lama. Menyulam kembali tenun yang robek hampir pasti tak bisa memulihkannya. Tenun yang robek selalu ada bekas, selalu ada cacat.
Ada seribu satu pelanggaran hukum di Republik ini, tetapi gejala merebaknya kekerasan dan perobekan tenun kebangsaan itu harus jadi prioritas utama untuk dibereskan. Untuk menyejahterakan bangsa semua orang boleh ”turun-tangan”, tetapi menegakkan hukum hanya aparat yang boleh ”turun-tangan”. Penegak hukum dibekali senjata tujuannya bukan untuk tampil gagah saat upacara, melainkan untuk melindungi warga negara saat menegakkan hukum. Negara harus berani dan menang ”bertarung” melawan para perobek. Saat tenun kebangsaan terancam itulah negara harus membuktikan di Republik ini ada kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat tetapi tak ada kebebasan melakukan kekerasan.
Aturan hukumnya ada, aparat penegaknya komplet. Jadi, begitu ada warga negara yang pilih melanggar dan meremehkan aturan hukum untuk merobek tenun kebangsaan, sikap negara hanya satu: ganjar mereka dengan hukuman yang amat menjerakan. Bukan cuma tokoh-tokohnya yang dihukum. Setiap gelintir orang yang terlibat dihukum tanpa pandang agama, etnis, atau partai. Itu sebagai pesan pada semua: jangan pernah coba-coba merobek tenun kebangsaan! Ketegasan dalam menjerakan perobek tenun kebangsaan membuat setiap orang sadar, memilih kekerasan sama dengan memilih diganjar dengan hukuman menjerakan. Ada kepastian konsekuensi.
Ingat, Republik ini didirikan oleh para pemberani: berani dirikan negara yang bineka. Kini pengurus negara diuji. Punyakah keberanian untuk menjaga dan merawat kebinekaan itu secara tanpa syarat. Biarkan kita semua—dan kelak anak cucu kita—bangga bahwa Republik ini tetap dirawat oleh para pemberani. 
Anies Baswedan

Jadi, masih pesimis? Kalo saya sih memilih optimis.

Wednesday, April 30, 2014

Tips Liburan Singkat Namun Menyenangkan Ala Mahasiswa

Bagi mahasiswa yang mulai merasa penat dengan padatnya jadwal kuliah disertai tugas yang menumpuk, bulan Mei 2014 ini mungkin terasa lebih istimewa dibanding bulan-bulan sebelumnya. Bagaimana tidak? Bulan Mei dipenuhi dengan hari libur nasional, yakni sebanyak 4 buah, dua diantaranya bahkan terdapat di minggu yang sama. Beberapa diaantara kita mungkin tidak ingin menyia-nyiakan libur yang singkat ini dengan hanya berdiam diri dirumah atau kostan saja kan? Berikut adalah tips berlibur singkat dan menyenangkan:
  •  Memilih Tempat Wisata yang Ingin Dikunjungi
Waktu berlibur yang singkat bukan menjadi masalah jika kita benar-benar ingin menghilangkan rasa penat akan rutinitas dan merefresh pikiran kita sejenak. Merencanakan tempat liburan yang pas sebelum bepergian tentu merupakan hal yang sangat penting karena salah-salah jika kita berlibur di tempat yang kurang cocok ditengah waktu berlibur yang singkat, tubuh kita malah akan lebih lelah ketika waktu masuk kuliah tiba. Ada baiknya kita berlibur di tempat yang tidak terlalu jauh, tempat liburan pun dapat ditentukan sesuai keinginan. Misalnya kita ingin berlibur di alam bebas, atau sekadar ke taman hiburan

  • Tentukan Budget Perjalanan
Mencuri-curi waktu liburan, apalagi ditengah kesibukan sebagai mahasiswa tentu akan menjadi kacau jika tidak direncanakan sebaik mungkin, terutama soal budgeting atau ongkos bepergian. Apalagi kita sebagai mahasiswa yang sebagian besar belum memiliki penghasilan sendiri. Disinilah pentingnya menyusun anggaran dana yang akan kita gunakan untuk berlibur. Yang harus kita lakukan pertama kali adalah menentukan berapa banyak uang yang kita miliki, lalu mulai menyusun anggaran yang akan kita keluarkan ketika berlibur dari mulai uang transportasi, makan, atau mungkin penginapan bila dibutuhkan. Akan lebih baik jika kita menggunakan uang tabungan sendiri dibandingkan meminta uang tambahan yang bisa memberatkan orang tua
  •  No Gadget
Teknologi dan social media yang semakin canggih tentu menjadi suatu kebutuhan tersendiri. Memiliki sosial media bahkan seolah-olah telah menjadi suatu keharusan dan tuntutan “pergaulan” bagi kita. Namun berada didekat gadget yang terus menerus terkoneksi dengan social media terkadang menimbulkan kestressan tersendiri. Ada baiknya jika sejenak kita meninggalkan segala hiruk pikuk social media dan fokus merefresh diri sendiri dengan liburan tanpa gadget. Mungkin sesekali gadget dapat digunakan untuk mengabadikan momen liburan kita tanpa menyentuh social media sama sekali. Bagi yang belum terbiasa mungkin akan susah, namun ketika kita melakukannya, sedikit banyak kita akan merasa lebih damai dibandingkan dengan hari-hari dimana gadget tidak berhenti berbunyi.


Demikian tips liburan singkat menyenangkan ala mahasiswa ini, selamat berlibur!

Monday, February 24, 2014

Tulisan Pertama

Kata orang, menulis adalah satu-satunya cara untuk menjadi abadi, immortal. Mungkin benar. Jadi mulai hari ini saya akan mencoba untuk menjadi immortal dengan menulis di sini. Tunggu, sebenarnya ini karena saya ditugaskan untuk menulis blog oleh salah seorang dosen sih. Tapi tidak ada salahnya juga, toh hanya menulis topik bebas yang tidak terlalu memberatkan. Dan selain itu, mengarang bebas di sini tentu jauh lebih baik dibanding mengarang bebas di paper tugas mata kuliah :p. Saya tidak tahu bagaimana caranya agar tulisan di blog saya terlihat seperti mahasiswa intelektual dan bukannya seperti anak SD mengarang "Liburan ke Rumah Nenek" untuk tugas selama libur panjangnya. Tapi saya rasa, menulis (terutama di blog) adalah cara mengekspresikan diri, dan itu dapat dilakukan sebebas-bebasnya dengan tetap menjadi diri sendiri. Baiklah, saya akan memulai postingan pembuka ini dengan perkenalan diri. Nama saya Gisha Tara Rifani, terserah mau manggil apa, tapi teman-teman saya sih manggilnya Fani. Oh ya, saya sedang menempuh semester ke empat saya di Fisip UB jurusan Ilmu Komunikasi. Sejauh ini, saya rasa jurusan ini lumayan menyenangkan walaupun beberapa mata kuliah terasa cukup membebani dengan tugas-tugasnya yang tak berkesudahan. Tapi overall, saya bersyukur bisa ada di sini dan bertemu dengan banyak orang hebat yang mengajarkan saya banyak hal. hehe. Mungkin itu saja, saya bingung mau nulis apa lagi. Sampai bertemu di postingan selanjutnya ya!